PENGENALAN FOTOGRAMETRI NON TOPOGRAFI

Konten [Tampil]

PERBEDAAN  FOTOGRAMETERI JARAK DEKAT DAN TEKNOLOGI TERESTRIAL LASER SCNANING

FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT

  • Waktu Akuisisi Lebih Lama
    Penggunaan kamera wakktu yang dibutukan akan lebih lama karena kita tidak tau apakah saat kita bergeser dari satu base pengambilan gambar satu dengan base pengambilan gambar yang lain range jarak antar base dengan objeknya sama atau tidak. Selain itu kita juga harus berusaha mengkontrol overlape dari foto yang dihasilkan agar sesuai kriteria minimai - optimal agar proses pembentukan visual 3D berhasil dengan efektif.
  • Ketelitian Lebih Rendah
Hal ini dikarenakan karena proses ekstrasi dari suatu texture foto yang dilakukan algoritma mungkin dapat mengalami kesalahan karena setiap texture foto ada yang memiliki siri yang sama.
  • Biaya Murah
    Hal ini karena dalam pengambilan foto dapat menggunakan kamera apa saja. Bahkan kamera dengan small format atau non metrik bisa dilakukan.
  • Mudah dalam Pengolahan Data
Tau ga sih kalian berapa grade sallary operator yang melakukan pengelohana data foto? Itu sekitar 2-6 juta setau saya ya. Lantas berapa untuk pengolahan data point cloud yang dihasilkan laser scaner? Silahkan lanjutkan membaca ya.

TERESTRIAL LASER SCANING

  • Waktu Lebih Cepat
Karena proses akuisisi bisa langsung menghasilkan point cloud.
  • Ketelitian Tinggi
    Hal ini kita tahu laser scaner itu menggunakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan ke permukaan benda dan memantul yang kemudia direkam. Sehingga langsung membentuk 3D dengan kakuratan tinggi.
  • Biaya Mahal
    Nah biaya standar untuk operator yang melakukan pengolahan ini gradenya antara 6 - 8 juta Wow sangat fantastis bukan?
  • Pemrosesan Data Cukup Rumi
    Pemrosesan data hasil akuisisi laser scaner itu tergolong rumit/sulit bukan main malah karena operator harus teliti dan ketelitian ini diperoleh dari jam terbang. Mau kita menggunakan TLS/software secanggih apapun kalau kita tidak terbiasa gagal. Jika titik yang terekam TLS itu rapet banget atau rendering kita metode salah akan gagal melakukan pemodelan 3D yang sempurna.

FOTOGRAMETRI TERESTRIAL

Fotogramteri yang ada di permukaan tanah.

FOTOGRAMETRI AERIAL

Fotogramteri yang ada di atas permukaan mengguakan wahana terbang.

PENTINGKAH JALUR TERBANG DALAM FOTGRAMTERI TERESTRIAL

    Jika pada akuisi foto udara menggunakan wahana terbang kita ketahui basisnya berdasarkan tinggi terbang tetapi jika kita melakukan pemodelan 3D pada suatu objek dalam fotogrameti terestrial basis/ tinggi terbang tersebut digantikan menjadi basis/distance atau jarak. Jarak ini diukur antara base berdirinya kamera saat pengambilan foto dengan objek yang difoto. Hal ini bertujuan untuk mengontrol overlap yang dihasilkan.

CARA KERJA INTERAKTIF DAN OTOMATIS

INTERAKTIF

    Cara kerja interaktif yaitu seorang operator melakukan penandaan pada foto yang diakuisisi penandaan ini terhadap dua foto yang saling bertampalan yang memiliki objek yang sama atau lokasi yang sama. Jadi misalkan ada foto 1 terdapat objek rumah dan foto 2 terdapat objek rumah juga karena mereka saling bertapalan nah operator memberikan tanda pada lokasi tersebut sehingga antara foto 1 dan foto 2 bisa dilakukan matching dan diproses untuk membentuk visual 3D.
 

OTOMATIS

    Cara kerja otomatis menggunakan algoritma yang sudah ada yaitu struktur from motion dengan metode shift maka akan secara otomatis termaging antara foto 1 dan foto 2. Metode cara kerja otomatis ini lebih banyak menghasilkan point matching tetapi dapat juga terdapat kesalahan. Kesalahan ini terjadi disebabkan apabila di antara dua foto di beberapa bagian foto memiliki tekstur yang sama warna yang sama bentuk yang sama sehingga algoritma bingung. Hal ini bisa antisipasi dengan melakukan Filter dalam rangka QC control quality oleh sang operator.

PERBEDAAN  SALIB SUMBU FOTOGRAMTERI TERESETRIAL DAN AERIAL

    Seperti yang kita tahu fotogrametri Ariel menggunakan wahana terbang koordinat X dan Y nya merupakan aspek planimetris sedangkan Z adalah elevasi atau ketinggian.

    Ketika berbicara tentang fotogrametri terestrial yang kita lakukan adalah pemodelan suatu objek di permukaan yang mana suatu objek itu memiliki dimensi planimetris panjang (P) = X, lebar/tinggi bendanya (L) = Z, dan kedalaman = Y.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PEMODELAN 3D CLOSE RANGE

  • Base/Heigh
Pastikan range foto yang bertampalan antara 1/5 - 1/9.
  • Jumlah Foto yang Bertampalan
    Semakin banyak tamparan foto pemujaan 3D akan semakin bagus atau sempurna. Untuk melakukan pemodelan visual 3D pada suatu objek dengan menggunakan foto yang memiliki karakter objek tersebut relatif simple pada desain tekstur ornamennya atau fasadnya, maka jarak antar tamparan dapat menggunakan nilai mendekati maksimal. Sedangkan pada suatu objek yang ornamen atau fasadnya banyak lekuk-lekuknya seperti candi, kita perlu meningkatkan nilai tamparan pada antar fotonya sehingga saat melakukan proses visualisasi 3D dapat menghasilkan objek yang sempurna.
  • Jumlah GCP
    Penggunaan GCP dalam pengolahan foto untuk close range fotogrametri tidak diwajibkan. Akan tetapi jika kita ingin hasil pemodelan 3D kita sesuai dengan koordinat di bumi maka perlu dilakukan. Hal ini menjadi opsional karena biasanya orang konstruksi tidak menginginkan sesuai koordinat karena adanya distorsi pada sistem koordinat yang ada. Contohnya UTM memiliki scale faktor 0,99996. Jadi saat objek kita sesuaikan dengan GCP maka ukurannya akan sebesar aslinya
  • Jumlah Tie Point
Semakin banyak tampalan semakin banyak tie pointnya.
  • Ground Sample Distanca
Base/Distance semakin besar maka GSD semakin tinggi maka semakin detail objeknya.

  • IOP dan EOP
    IOP berhubungan dengan kalibrasi kamera sedangkan EOP berhubungan dengan GPS/IMU. EOP ini sangat diperlukan jika akuisisi yang dilakukan dengan menggunakan wahana terbang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar