Pengukruan penyipat datar atau biasa disebut waterpass merupakan salah satu metode pengukruan yang bertujuan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih. Maksud dari pengukuran beda tinggi ini digunakan untuk melakukan aktifitas pemetaan, baik itu pemetaan topografi dalam skala besar, perencanaan dalam pembangunan atau konstruksi seperti perencanaan jalan raya, rel kereta api, pemasangan pancang tiang listrik. Tidak hanya untuk menentukan beda tinggi, pegukuran sipat datar juga untuk memperoleh jarak yang diukur dengan menggunakan bantuan opstis. Pada pengukuran sipat datar/ waterpass terdapat pengukuran sipat datar metode loop/kring. Pengukuran loop/kring merupakan metode pengukuran beda tinggi sipat datar yang biasa dilakukan pada jaring yang membentuk poligon tertutup. Sehingga titik akhir dari pengukuran ini kembali lagi ke titik awal pengukuran. Pada pengukuran sipat datar terbagi sistem pengukuran pergi, dan pulang-pergi. Metode pengunukuran pulang pergi bertujuan untuk mendapatkan referensi nilai koreksi baik jarak ataupun beda tinggi antara pengukuran pergi dan pulang sehingga hasil dari pengukuran pergi bisa dikorelasikan dengan pengukuran pulang.
PENGUKURAN JARAK DAN BEDA TINGGI
Pengukuran jarak optis/pegukuran jarak tak langusng merupakan pengukuran
yang dilakukan dengan menggunakan bantuan alat berupa optis. Pada pengukuran
optis ini, data yang diperoleh di lapangan berupa bacaan benang atas (BA),
benang tengah (BT), dan bawah (BB), serta besar sudut horizontal sebagai arah
penggambaran sketsa secara kasar dalam pengukuran. Jarak yang diukur
merupakan jarak datar. Untuk rumus perhitungan jarak datar yaitu :
D = (BA - BB) x 100.
Keterangan : D = jarak datar optis (m)
100 = konstanta pesawat
Beda tinggi merupakan perbedaan titik tinggi vertikal yang diukur antara dua
titik atau lebih dengan jarak dari bidanng referensi yang telah ditetapkan ke suatu
titik tertentu sepanjang garis vertikal. Pada letak suatu titik yang telah diketahui
tingginya yang ditargetkan sebagai rambu belakang akan dilanjutkan dengan
pengkuran titik muka dan dihitung beda tinggi antara rambu belakang dan muka
dengan rumus :
∆dH = BT belakang – BT muka
dH= Tinggi titik BM yang telah diketahui + hasil perhitungan ∆dH
PENGUKRUAN SIPAT DATAR
Pengukruan penyipat datar atau biasa disebut waterpass merupakan salah satu metode pengukruan yang bertujuan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih. Tidak hanya untuk menentukan beda tinggi, pegukuran sipat datar juga untuk memperoleh jarak yang diukur dengan menggunakan bantuan opstis.
Pengukuran sipat datar tergolong pengukuran land surveying yang mana menganggap bahwa bentuk bumi datar/ geoid. Geoid merupakan permukaan ekuipotensial, potensial gravitasi sembarang titik pada permukaan itu besarnya sama, dan arah-arah gravitasi sembarang titik akan tegak lurus terhadap geoid. Penyimpangan geoid terhadap elipsoid bisa mencapai kurang lebih 100 meter dan disebut sebagai undulasi geoid atau ketinggian geoid.
- PENGUKRUAN SIPAT DATAR MEMANJANG
Pengukura sipat datar memanjang bertujuan untuk memperoleh pengukuran suatu rangkaian/jaring-jaring pengukuran yang letak titik akhirnya berbeda dengan titik awal. Pengukuran sipat datar memanjang biasa digunakan untuk pengukuran jarak memanjang dan beda tinggi.
- PENGUKURAN SIPAT DATAR LOOP/KRING
Pengukuran loop/kring merupakan metode pengukuran beda tinggi sipat datar yang biasa dilakukan pada jaring yang membentuk poligon tertutup. Pada prinsipnya titik akhir dari pengukuran loop/kring akan kembali ke titik awal pengukuran. Pada pengukruan ini titik awal berupa bacaan belakang (backsight) dan titik akhir dari pengukuran berupa bacaan muka (foresight) berupa titik tinggi geodesi/bench mark (BM) yang memiliki harga tinggi. Sehingga pada pengukuran loop ini akan menghasilkan tinggi titik awal dan akhir sama.
- PENGUKURAN SIPAT DATAR MELINTANG
Pengukuran sipat datar profil melintang adalah pengukuran yang dilakukan untuk menentukan tinggi rendahnya tanah atau untuk mendapatkan bentuk permukaan titik sepanjang garis tertentu.
Profil melintang adalah potongan/penampang melintang dari suatu areal pengukuran tanah arah melintang yang memperlihatkan jarak dan elevasi tertentu. Pengukuran profil melintang, alat ditempatkan diatas setiap profil memanjang yang telah dihitung ketinggian dan jarak antara titik ke titik, setiap pengukuran diambil siku terhadap profil memanjang yang diarahkan kekiri dan kekanan dengan jarak sesuai kebutuhan.
SISTEM PENGUKRUAN SIPAT DATAR
- PENGUKRUAN SIPAT DATAR PERGI
Pengukruan sipat datar dengan sistem pergi dilakukan hanya satu kali pengukuran yaitu pergi. Jadi pada pengukuran di titik akhir tidak kembali lagi pada titik awal. Ketelitian pada pengukuran dengan metode pergi ini sangat rendah karena kita tidak dapat melakukan korelasi terhadap data pengukuran pulang yang notabennya jumlah jarak antara rambu dan beda tinggi yang diukur pada pengukuran pergi dan pulang itu sama.
Pesawat diusahakan berdiri ditengah-tengah antara 2 titik yang telah ditentukan.
Lakukan pembacaan baak muka catat benang atas, benang tengah dan benang bawah, dimana: BT = ½ (BA + BB)
Lakukan seperti diatas untuk pembacaan baak belakang. Masukkan dalam formulir data yang ada.
- PENGUKRUAN SIPAT DATAR PULANG-PERGI
Pengukuran sipat datar dengan sistem pulang-pergi yaitu dengan melakukan pengkuran dua kali pada satu lintasan. Pada pengkuran pulangpergi memanjang, kita melakukan pengkuran pergi dari titik awal sampai ke titik akhir. Setelah melakukan pengukuran pergi, kita melakukan pengukuran pulang dengan lintasan yang sama/dengan arah berlawanan dari penugkuran pergi. Pada pengukuran pulang letak berdirinya alat tidak harus sama dengan pengukuran pergi. Pada pengukuran loop/kring, pengukuran dilakukan dari titik awal hingga ke titik akhir yangmana titik akhir merupakan titik awal. Setelah itu dilakukan kembali pengukuran dengan arah berlawanan dari pengkuran pergi dengan lintasan yang sama akan tetapi pada letak berdirinya alat tidak harus sama.
Baak tetap ditempat, geser kedudukan pesawat keatas atau kebawah namun alat masih tetap berdiri tadi antara 2 titik kemudian stel kembali seperti yang dijelaskan diatas.
Lakukan pembacaan baak belakang dan baak muka seperti tadi, catat dalam formulir data.
Setelah dilakukan pengukuran pasang patok pada tempat dimana baak ukur tadi berdiri atau ditentukan terlebih dahulu patok tersebut asalkan pada waktu pengukuran baak tidak berdiri diatas patok.
Setelah selesai pesawat dipindahkan.
KLASIFIKASI
Pengertian klasifikasi adalah pengelompokkan atau penjenjangan JKV yang didasarkan pada tingkat presisi dan akurasi hasil survey. Orde tertinggi yang dapat dicapai oleh suatu hasil survei dengan kelas yang telah diuji dan ditetapkan sebagai berikut
KONVENSI
- KETELITIAN JARINGAN
Ketelitian hasil pengukuran tinggi JKV dapat dilihat dari kesalahan penutup hasil ukuran pergi-pulang dalam seksi, satu jalur pengukuran, dan kring, deviasi standar hasil perataan jaring terkendala minimal, dan deviasi standar hasil perataan jaring terkendala penuh. Penjenjangan kelas pengukuran berdasarkan pada batas maksimum kesalahan penutup pergi-pulang, sebagai berikut.
Keterangan: D = Σd Standar kesalahan maksimum setelah perataan jaring, baik dengan perataan terkendala minimal ataupun perataan terkendala penuh, sebagai berikut.
Keterangan: D adalah panjang jalur pengukuran dalam km σ1 adalah standar kesalahan hasil perataan jaring terkendala minimum σ2 adalah standar kesalahan hasil perataan jaring terkendala penuh
- PERALATAN ALAT UKUR WATERPASS KELAS LD
Kelas LD, alat ukur sipatdatar yang digunakan adalah tipe tetap atau tipe otomatik dengan deviasi standar maksimum ± 4 mm/km. Menggunakan rambu kayu atau teleskopik, dengan interval skala rambu 10 mm dilengkapi dengan nivo rambu.
- PENGAMATAN ALAT UKUR WATERPASS KELAS LD
- 1. Panjang jalur/jumlah jarak ke rambu muka dan belakang pengukuran sipatdatar antara dua TTG, tidak boleh lebih dari 4 kali jarak lurus antar kedua TTG tersebut.
- 2. Pengukuran setiap seksi dilakukan pergi-pulang secara independen atau dengan dua kedudukan alat (double stand).
- 3. Pengukuran dalam satu seksi dianggap selesai jika selisih beda tinggi antara pengukuran pergi dan pengukuran pulang lebih kecil atau sama dengan 18 mm√d.
- 4. Pengukuran ulang dalam satu seksi harus dilakukan jika selisih beda tinggi pergi dan pulang tidak memenuhi toleransi 18 mm√d. Pengukuran ulang paling sedikit dilakukan satu kali pengukuran pergi dan satu kali pengukuran pulang atau double stand. Pengukuran ulang dianggap selesai.
- 5. Pengikatan ke titik kontrol yang memiliki orde lebih tinggi, maka harus dilakukan prove datum ke tiga TTG
- PENGOLAHAN DATA KELAS LD
Pengolahan data lapangan meliputi:
- 1. Hitungan beda tinggi setiap slag pengukuran
- 2. Hitungan selisih beda tinggi pergi-pulang setiap seksi pengukuran
- 3. Hitungan selisih jumlah jarak ke rambu muka dan rambu belakang pada setiap seksi pengukuran untuk dilakukan hitung koreksi 5%.
- 4. Koreksi pembacaan benang tengah.
Pengolahan data di kantor meliputi
- 1. Hitungan perataan jaring terkendala minimal
- 2. Uji statistik penetapan kelas pengukuran
- 3. Hitungan perataan jaring terkendala penuh
- 4. Uji statistik penetapan orde JKV.
KESALAHAN PADA PENGUKURAN SIPAT DATAR
- KESALAHAN PADA ALAT
Kesalahan pada alat dapat berupa ketelitian alat yang semakin berkurang karena alat tidak dikalibrasi secara rutin.
- KESALAHAN KEADAAN ALAM
Kesalahan pada alam ini misalkan ketika kita melakukan sentering di permukaan seperti gambut, tanah ini akan cenderung muda bergerak sehingga memengaruhi alat yang telah kita sentering. Cuaca panas yang menyebabkan suhu pada alat naik sehingga alat mengalami fatamorgana atau undulasi saat digunakan untuk pembacaan benang.
- KESALAHAN MANUSIA (HUMAN ERROR)
Efek dari kelelahan dapat menimbulkan kesalahan dalam membaca, mata tua dapat menyebabkan penglihatan tidak tepat, mendirikan rambu yang tidak lurus sehingga pembacaan jarak tidak tepat, dll.
TAHAPAN PELAKSANAAN PENGUKURAN JARAK DAN BEDA TINGGI
- Persiapan Pengukuran
- Survei Pendahuluan
- 1. Merencanakan lintasan pengukuran dengan memperhatikan aspek alam dan buatan apakah terdapat penghalang saat dilakukannya pembacaan atau tidak.
- 2. Menentukan titik berdirinya rambu, memasang patok berdirinya rambu, dan menentukan jarak antara rambu belakang dan muka dengan berdirinya alat agar proporsi/sama panjang. Hal ini akan berpengaruh pada perhitungan toleransi selisih jumlah jarak ke rambu muka dan rambu belakang yang maksimum nilainya tidak boleh lebih dari 5% dari jumlah jarak satu slag. Pada pengukuran sipat datar idelanya jarak antara alat dengan rambu maksimal 100m atau jarak rambu belakang dengan rambu muka 200m
- Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan metode loop/kring dengan sistem pulang-pergi. Pengukuran loop/ kring yaitu pengukuran beda tinggi sipat datar yang biasa dilakukan pada jaring yang membentuk poligon tertutup. Pada prinsipnya titik akhir dari pengukuran loop/kring akan kembali ke titik awal pengukuran. Sedangkan sistem pulang pergi yaitu penggukuran dilakuakn dua kali yaitu pengukuran pergi dan pengukuran pulang yang memiliki lintasan/letak titik rambu yang sama dan arah penugukuran yang berlawan dari pengukuran pergi.
Pada pengukuran terdapat 6 anggota, 2 orang bertugas memegang rambu pada titik yang telah ditentukan saat survey pendahuluan, 1 orang melakukan pembacaan dengan waterpass, 2 orang menghitung, dan 1 orang menulis hasil pengukuran. Tahapannya sebagai berikut :
- 1) Mendirikan statif dan memasang alat waterpass ditengah antara titik BM dan titik 2, kemudian lakukan centering/levelling waterpass. Alasan meletakan berdirinya alat harus ditengahtengah atau jarak antara alat dengan rambu muka dan belakang harus sama karena agar saat perhitungan toleransi 5%, selisih dari jarak belakang dan muka tidak melebihi hasil hitungan jumlah jarak belakang dan muka dikali 5%.
- 2) Meletakan rambu belakang di titik BM dan rambu muka (titik 2) di patok yang telah dipasang saat survey pendahuluan. Saat memegang rambu harus tegak dan tidak boleh miring.
- 3) Mengarahkan waterpass ke rambu belakang dengan visir, jika sudah lakukan pengamatan dengan optis jika posisi benang dengan rambu tidak pas gunakan pemutar horizontal kemudian lakukan pembacaan benang atas (BA), benang tengh (BT), dan benang bawah (BB) lalu catat hasilnya.
- 4) Lakukan koreksi bacaan dengan rumus BT : (𝐵𝐴+𝐵𝐵)/2 . Toleransi kesalahan yang diperbolehkan sebsar 0,5mm. Apabila hasil dari perhitungan koreksi BT lebih dari 0,5mm maka harus dilakukan pembacaan benang lagi hingga hasil koreksi BT sama dengan hasil bacaan BT. 5) Mengarahkan waterpass ke rambu muka lalu lakukan pembacaan benang atas (BA), benang tengh (BT), dan benang bawah (BB) lalu catat hasilnya.
- 6) Lakukan koreksi bacaan dengan rumus BT = (𝐵𝐴+𝐵𝐵)/2 . Toleransi kesalahan yang diperbolehkan sebsar 0,5mm. Apabila hasil dari perhitungan koreksi BT lebih dari 0,5mm maka harus dilakukan pembacaan benang lagi hingga hasil koreksi BT sama dengan hasil bacaan BT.
- 7) Lakukan perhitungan jarak datar optis baik jarak pada bacaan belakang dan jarak pada bacaan muka. Rumus menghitung jarak datar optis yaitu D = (BA-BB) x 100.
- 8) Setelah melakukan perhitungan jarak, lakukan perhitungan toleransi 5% dengan rumus (Dbelakang + Dmuka) x 5%.Setelah ditemukan hasil dari perhitungan tolerasni 5% tersebut, maka jarak bacaan belakang kita kurangkan dengan bacaan depan, hasil dari pengurangan atau selesihnya tidak boleh lebih dari 5%. Jika dibawah 5% hasil selisihnya maka pengukuran boleh dilanjutkan ke slag berikutnya, jika hasil selesih melebihi toleransi 5% maka pengukuran jarak harus diulang.
- 9) Setelah itu melakukan perhitugnan beda tinggi. Perhitugan beda tinggi dihitung dengan rumus BTbelakang-BTmuka. Jika selisih sudah ditemukan maka lakukan perhitugan tinggi titik. Tinggi titik dihitung dengan menjumlahkan hasil dari perhitungan selisih beda tinggi dengan ketinggian titik awal/ BM yang sudah diketahui. Tinggi titik BM plug 6 yaitu 177,042.
- 10) Pengukuran sipat datar menggunakan lompat katak sehingga lakukan tahapan pengukuran pada poin 1 – 9 dengan perpindahan rambu belakang menjadi rambu muka. Lakukan tahapan ini sampai kembali ke penembakan titik awal yaitu BM. Maka pengukuran pergi metode loop/kring sudah selesai.
- 11) Sebelum melakukan pengukuran pulang pastikan bahwa ketinggian titik akhir BM sama dengan titik awal. Jika tidak sama pastikan selisihnya tidak terlalu besar.
- 12) Selanjutnya melakukan pengkuran pulang yang dilakukan pada lintasan pengukuran yang sama dengan arah pengukuran berlawanan dari pengukuran pergi. Tujuan dari penugkuran pulang yaitu untuk mendapatkan referensi nilai koreksi baik jarak ataupun beda tinggi antara pengukuran pergi dan pulang sehingga hasil dari pengukuran pergi bisa dikorelasikan dengan pengukuran pulang.
- Lapangan
- a) Perhitungan Koreksi Pembacaan Benang Tengah (BT) BT : (𝐵𝐴+𝐵𝐵) 2
- b) Perhitungan Jarak Optis (D) D = (BA-BB) x 100
- c) Perhitungan Beda Tinggi (∆H) ∆H = BTbelakang - BTmuka
- d) Perhitungan Tinggi Titik Tinggi TTG (BM) + ∆H/ tinggi titik sebelumnya + ∆H terkoreksi
- Kantor
- a) Perhitungan selisih beda tinggi (∆H)/ titik ∆H pergi + ∆H pulang
- b) Perhitungan ∆H rata-rata ∆H rata-rata = ± │∆H pergi │+ │∆H pulang│ 2
- c) Perhitungan koreksi ∆H Koreksi ∆H = ∑∆H rata−rata 𝑛 Keterangan : n = jumlah titik berdiri alat
- d) Perhitungan ∆H terkoreksi ∆H terkoreksi = ∆H rata-rata + koreksi ∆H e) Perhitungan tinggi titik Tinggi titik = tinggi titik sebelumnya + ∆H terkoreksi f) Perhitungan ∑∆H pergi/pulang ∆HA + ∆HB + ∆HC + …. (Sampai selesai pengukuran pergi/ pulang) g) Perhitungan selisih ∆H pergi-pulang Fpp = ∑∆H pergi - ∑∆H pulang e) Karena pada pengukuran kali ini masuk kelas LD maka : Fpp < 18 √∑D . Yang mana ∑D dalam satuan km.
- Ketentuan Penggambaran Garis
- - Garis terluar dari tepi kertas = 1cm
- - Garis terluar ke frame dalam = 0,5 cm
- - Antara frame etiket dengan muka peta = 0,5 cm
- Etiket Gambar
- - Lebar etiket = 8 cm
- - Panjang kolom judul = 5,5 cm
- - Panjang kolom skala = 5 cm
- - Skala bar = 5cm (lebar menyeusaikan)
- - Panjang kolom keterangan pengukuran = 3,5cm
- - Panjang kolom keterangan penggambaran = 2,5cm
- - Panjang kolom acc (diperiksa) = 4,5 cm
- - Besar kolom keterangan instansi = sisa
- - Besar Logo instansi UPN = 2cm x 2cm
- Muka Gambar
- - Lebar kolom no titik, tinggi titik, jarak, jumlah jarak = 1,5 cm
- - Penulisan nomor titik tepat berada pada garis.
- - Penulisan tinggi titik dan jumlah jarak juga tepat pada garis, dengan posisi menghadap ke barat.(perhatikan pada gambar contoh)
- - Penulisan jarak berada diantara titik.
- - Gambar penampang diarsir (agar menandakan surface pengukurannya)
- - Titik dihubungkan dengan keterangannya menggunakan garis putus putus d) Skala
- - Skala vertikal menggunakan skala 1: 25
- - Skala horizontal menyesuaikan jumlah jarak pada pengukuran dengan memaksimalkan muka peta yg tersedia.
- 1. Skala Horizontal/Jarak
- - Jumlahkan total keseluruhaan jarak. Bebas menggunakan jarak pada pengukuran pergi atau pulang. - Jumlahkan jarak 1 slag (jarak muka dan belakang).
- - Lakukan operasi pembagian pada jumlah jarak pergi/pulang dengan skala. Skala yang digunakan pada lampiran 1:2000
- - Maka akan diketahui total panjang horizontal yang dibutuhkan untuk menggambar.
- - Lakukan operasi pembagian pada jumlah jarak 1 slag (jarak muka dan belakang) dengan skala.
- - Maka akan diketahui panjang jarak yang digunakan untuk penggambaran.
- 2. Skala Vertika/Ketinggian
- - Tentukan titik tertinggi dan terendah.
- - Buat garis tegak disertai dengan harga/nilai ketinggian. Gambar pada lampran menggunakan skala 1:25 dengan jarak 1cm. Dalam peletakan titik ketinggian usahakan proporsi agar saat penggambaran grafik proporsi tepat ditengah muka peta.
- - Lakukan perhitungan skala dengan cara
- - titik tinggi yang dihitung pada saat pengukuran
- - titik terendah dibawahnya/ skala x 1. Skala yang digunakan yaitu 1:25.
- - Maka akan diketahui panjang yang digunakan untuk penggambaran
CONTOH PERHTIUNGAN
- 1.Setelah dilakukan pengukuran muka dan belakang maka dilakukan perhitungan toleransi jarak. Toleransi selisih jarak rambu muka dan rambu belakang maksimum 5% dari jumlah jarak satu slag.
- 2.Pengukuran dilakuakan pulang dan pergi. Setelah itu menjumlahkan jarak pergi dan jarak pulang untuk digunakan salah satu data tersebut untuk menghitung LD.
- 3.Pada praktikum ini, kelas yang digunakan yaitu kelas LD. Maka toleransi kesalahannya adalah FPP < 18 √∑D (km).
- 4.Perhitungan selisih ∆h pergi-pulang Besar Fpp yang diperoleh pada pengukuran ini yaitu 9,5 mm. Karena Fpp lebih kecil dari toleransi yang ditentukan yaitu 18 √∑D (km) maka data pengukuran dapat dikatakan sudah benar. Rumus dari FPP yaitu : Fpp = ∑∆H pergi - ∑∆H pulang
- 5.Perhitungan ∆H rata-rata Perhitungan ∆H rata-rata dilakukan dengan menjumlahkan ∆H pergi + ∆H pulang dengan mengabaikan tanda positif/negatifnya, setelah itu dibagi 2. ∆H rata-rata = ± ((│∆H pergi │+│∆H pulang│)/2 )) Untuk tanda positif/negatif mengikuti tanda hasil pengukuran ∆H pergi.
- 6. Perhitungan koreksi ∆H Mencari koreksi ∆H dengan cara ∑∆H rata−rata 𝑛 Keterangan : n = Jumlah titik pengukran Hasil dari perhtiungan pada data praktikum kami untuk koreksi ∆H yaitu sebesar -0.00095, jadi untuk koresi ∆H perlu dilakukan koreksi +0.00095.
- 7. Peritungan ∆H terkoreksi ∆H terkoreksi = ∆H rata-rata + koreksi ∆H 12. Perhitungan tinggi titik ∆H terkoreksi + tinggi titik sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar